Mitos dan Kearifan Lokal dalam Karya Mahdi
Oleh: Arafat Nur
(Dimuat di Harian Aceh, Minggu 26 Juni 2011)
Judul : Lelaki Bermata Kabut
Penulis : Mahdi Idris
Penerbit : Cipta Media
Cetakan : I, Februari 2011
Tebal : 126 halaman
Harga : RP. 35.000
ISBN : 978-602-95476-4-1
Sejauh ini masih sedikit sekali dari penulis Aceh (mungkin juga di daerah lainnya) yang mengangkat perihal mitos dan kearifan lokal, apalagi mereka yang sungguh-sungguh memilih berkutat di wilayah ini. Hanya mereka yang benar-benar memerhatikan tradisi dan hidup bersentuhan atau berkecimpung dengan ritual-ritual dan kemistikan ini saja yang sanggup dengan baik menyuguhkannya ke tengah khalayak.
Wilayah mitos dan kedaerahan sesungguhnya banyak menyimpan nilai-nilai, ada yang dianggap perlu dipertahankan, ada pula yang dianggap tidak sesuai karena perbuatan semacam itu dipandang lebih banyak merugikan dan sia-sia, bahkan dianggap bertentangan dengan syariat agama (Islam); sebagaimana ritul-ritual menyangkut kemistisan yang masih mengandung ajaran animisme.
Namun ada juga yang tidak bertentangan dengan agama, tetapi dirasakan oleh penulis sangat merugikan, bahkan akan mempengaruhi pikiran penduduk untuk tidak bisa berkembang. Persoalan semacam inilah yang sering diketengahkan, diangkat oleh penulis yang peduli dan menyukai hal-hal yang sering terjadi di perkampungan, dan biasanya penulis ini memang tinggal di tengah-tengah masyarakat yang demikian.
Sebagaimana sikap Mahdi Idris, seorang penulis cerita pendek Aceh, dia amat memerhatikan setiap “kedipan mata” penduduk di sekelilingnya, yang kemudian diangkat dalam 18 cerita yang terkumpul dalam bunga rampai Lelaki Bermata Kabut. Kalau dipandang di segi estetika, memang tidak terlalu menjanjikan, terutama perihal cara bercerita yang masih terasa datar dan biasa-biasa saja.
Kelemahan semacam ini sedikit banyaknya memang berhasil ditutupi dengan tema unik, jangankan orang kota, orang kampung pun masih tidak tahu dan menganggapnya asing. Dari sinilah daya pikat yang sanggup menahan pembaca untuk membaca beberapa cerpen dalam buku ini sampai khatam.
Mahdi Idris yang lahir di Desa Keureutou, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aceh Utara, 3 Mei 1979 ini dikenal seorang pengajar di Pesantren Terpadu Ruhul Islam dan SMA Negeri 1 Matangkuli. Seorang penulis cerpen yang tidak umum, yaitu guru bahasa Inggris, bahasa Arab, Kaligrafi, dan juga mengajar kitab kuning di Pesantrennya. Buku Lelaki Bermata Kabut (Cipta Media, Februari 2011) setebal 126 halaman ini adalah karya tunggalnya, yang sebagian pernah dimuat di berbagai media massa Aceh dan Medan. Sebelumnya, cerpennya juga sering terpilih di tingkat nasional dan mendapat undangan dari Kementrian Pendidikan Nasional di Jakarta.
Dia merupakan Sarjana Syariah Jurusan Muamalah pada STIS Jamiatut Tarbiyah Lhksukon Aceh Utara, mulai menulis sejak bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Lhokseumawe pada awal 2009 lalu, dan di sini pula bakatnya semkain berkembang serta namanya terus dikenal secara luas, terutama di Kecamatan Tanah Luas.
Selain cerpen, dia juga menulis puisi, resensi, esai sastra, dan juga sedang menyelesaikan beberapa novel. Selain itu, juga termuat dalam antologi Kerdam Cinta Palestina (Folipenol Publising, 2010) bersama anggota FLP se-Sumatera dan antologi puisi Munajat Sesayat Doa (Leutika Prio, 2011) bersama para pemenang lomba puisi Forum Tinta Dakwah FLP Riau. Kumpulan cerpen lainnya Nurhayat akan segera terbit. Sekarang Mahdi menetap di Pesantren Terpadu Ruhul Islam Tanah Luas, Kab. Aceh Utara. Dia menjadi motivator bagi guru-guru dan santri di tempatnya mengajar, karenanya pula dia dianugerahi sebagai guru paling menonjol dalam memotivasi siswa dan santri.■
Tidak ada komentar:
Posting Komentar